DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Keadilan salah satu unsur atau
pilar dari hukum. Judul tersebut di atas selalu dipakai dalam amar putusan oleh
pengadilan. Dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat sampai bernegara tuntutan
keadilan menjadi warna ketika bertemu pada kepentingan segolongan / sebagian
dari anggota keluarga, masyarakat sampai pada Negara. Ambil contoh masalah
kesejahteraan, ketika pembagian rezeki (uang/barang) masing-masing
anggota/unsur keluarga, masyarakat sampai pada Negara tidak memperoleh
kepentingan yang diharapkan maka tuntutan keadilan muncul.
Pimpinan/kepala dalam keluarga,
masyarakat sampai pada Negara memiliki peran yang dominan dalam memberikan
pengayoman dan perlindungan sebagai wujud keadilan bagi masing-masing
anggota/unsur keluarga, masyarakat sampai pada Negara. Apa yang terjadi
sekarang yang kita bisa saksikan keadilan yang menjadi dambaan sekedar dalam
tataran teori/visi/misi/filosofi.
Ijinkan Penulis memberikan
teguran untuk penulis dan siapapun untuk taat dan takut pada Tuhan bukan takut
atau taat pada manusia yang tidak mengikuti aturan/hukum.
Bagi yang merasa keadilan terusik
maka takut dan taat pada Tuhan Yang Maha Esa untuk menegakkan ketidak adilan
dan mengembalikan kepada Hukum Tuhan.
Unsur-Unsur Pidana / Perdata /
Mal Administrasi sangat membantu manusia dalam menegakkan Hukum Tuhan. Unsur
tersebut meliputi : Subyek yakni manusia dan/atau Badan Hukum yang tidak
memberikan keadilan; Obyek yakni bisa manusia/badan hukum/produk Tata Usaha
yang dilanggar hak-nya secara hukum, obyek tersebut dapat menjadi alat bukti
dalam menuntut penerapan hukum. Itikad/niat yang sudah diwujudkan dalam
perbuatan/peristiwa yang dilakukan manusia bisa karena kewenangan yang
sewenang-wenang maupun manusia yang tidak memiliki kewenangan sampai merugikan
manusia yang lain. Causa/sebab yang jelas tidak halal sehingga menyebabkan rasa
keadilan diciderai oleh kepentingan manusia yang kadang seolah-olah
mengatasnamakan keluarga, masyarakat sampai pada Negara.
Refleksi di Instani tempat
penulis mencari rezeki, bukannya hendak menumpahkan makanan yang hendak dimakan
oleh keluarga, masyarakat sampai pada Negara namun bertujuan mengamankan dari
ketidak adilan yang sempat atau masih dalam tataran niat/itikad buruk. Semoga
bermanfaat, barokah dan sebagai ladang pahala.
Tim Kendali Mutu yang di bawah
organisasi (SKMPP = Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan, sebagai contoh di
instansi Penulis), memiliki peran yang sangat strategis apalagi langsung di
bawah Unit Kepresidenan Pengendalian Program Pemerintah yang bertanggung jawab
kepada Presiden. Setiap Satuan Kerja memiliki Tim Kendali Mutu yang honorarium/upah
tambahan selain gaji yang diberikan tiap bulan menyebabkan antara hak dan
kewajiban demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dilaksanakan.
Pertanyaan sempat terlintas kenapa instansi BPN RI untuk tahun 2012 mendapat
predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari instansi Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) ? bukannya penulis yang berada di instansi BPN RI tidak bangga namun rasa
keadilan antara hak dan kewajiban yang ada memiliki jarak. Adapun jarak yang
penulis ingin ungkapkan adalah transparansi, penegakan hukum, keseimbangan
antara hak dan kewajiban, penempatan pegawai, fasilitas pendukung (BMN = Barang
Milik Negara) yang pendataan dan kondisi kekinian serta perawatan sampai
distribusi penggunaan masih ada rasa ketidak adilan.
Jika ingin membuktikan secara clear, clean and fresh serta menciptakan
keadilan maka perlu pendataan yang seakurat mungkin dan sistem pembuktian
terbalik, sehingga dalam pelaksanan tidak ada istilah ABS = Asal Bapak Senang.
Data yang sempat tersajikan
silahkan dicek ulang mengenai kondisi senyatanya dengan melihat secara langsung
dan tersembunyi dalam pengecekannya, karena berdasarkan pengalaman jika
terencana maka sudah ada permainan sulap. Jika terbukti ada permainan sulap
maka sebagai tuntutan rasa keadilan maka tegakkan hukum karena setiap manusia
tidak ada yang kebal hukum namun sama di hadapan hukum.
Berani
Jujur Hebat, Mari secara aktif kita wujudkan rasa keadilan dalam kehidupan
keluarga, masyarakat sampai pada Negara. Jika bukan diri kita kemudian siapa
lagi ? dan mau kapan memulai jika bukan dari saat ini untuk sadar berubah
menjadi lebih baik dan menjadi ladang pahala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar